Beranda | Artikel
Tafsir Ali Imran Ayat 52-53 - Kisah Al-Hawariyyun
Minggu, 29 Mei 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi

Tafsir Ali Imran Ayat 52-53 – Kisah Al-Hawariyyun adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Ayat-Ayat Ahkam. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Kamis, 25 Syawal 1443 H / 26 Mei 2022 M.

Tafsir Ali Imran Ayat 52-53 – Kisah Al-Hawariyyun

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَىٰ مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنصَارِي إِلَى اللَّهِ ۖ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنصَارُ اللَّهِ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ ‎﴿٥٢﴾‏رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ ‎﴿٥٣﴾‏

Maka ketika Isa mengetahui keingkaran mereka, Isa berkata: ‘Siapa yang menjadi penolongku untuk menegakkan agama Allah?’ Al-Hawariyyun berkata: ‘Kamilah penolong-penolong Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikan bahwa kami adalha orang-orang yang menyerahkan diri. Wahai Rabb kami, kami beriman kepada apa yagn Engkau telah turunkan dan kami mengikuti Rasul, maka tetapkanlah kami bersama orang-orang yang memberikan persaksian.`” (QS. Ali Imran[3]: 52-53)

Di antara faedah yang bisa kita ambil dari ayat yang mulia ini adalah:

Bani Israil Membangkang

Bani Israil membangkang padahal mereka menyaksikan mukjizat-mukjizat besar yang didatangkan Isa. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang beriman.

Menyeru Keikhlasan

Ketika perkara sudah tersamar, maka seyogyanya bagi seorang dai menyeru untuk menyatakan kepada kaumnya: “Siapa yang ikhlas?” Hal ini adalah dalam rangka mendorong mereka untuk ikhlas. Supaya tahu mana orang-orang pilihan di antara mereka dan mana yang pecundang.

Nabi Isa berkata: “Siapa yang menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah?” ketika beliau melihat kaumnya sudah membangkang.

Dakwah Yang Ikhlas

Dakwah para Rasul Shallallahu ‘Alaihim wa Sallam ikhlas mengajak manusia kepada Allah, bukan untuk kepentingan diri mereka. Isa ‘Alaihis Salam berkata: “Siapa yang menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah?”

Penolong Dakwah

Para Rasul membutuhkan orang-orang yang menolong mereka. Dasarnya adalah firman Allah tadi: “Siapa yang menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah?”

Demikian juga sebagaimana Allah berfirman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah berfirman:

هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ

“Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menguatkan engkau dengan pertolonganNya dan dengan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anfal[8]: 62)

Keutamaan Hawariyyin

Ayat yang mulia ini menjelaskan tentang keutamaan Hawariyyin Radhiyallahu ‘Anhum. Dimana mereka mengumkan bahwa mereka menjadi penolong-penolong Allah. Padahal semua kaumnya kufur.

Mereka berkata: “Kami adalah penolong-penolong Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Demikian juga hendaknya bagi seseorang untuk menyatakan dengan tegas bahwa dia adalah pengikut Rasul di antara orang-orang pengusung kekafiran. Hal ini supaya tidak mudahanah (berbasa-basi) dalam agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena mudahanah dalam agama Allah dan taqiyyah hakikatnya merupakan kemunafikan.

Lihat: Disunnahkannya Mudaroh dan Meninggalkan Mudahanah

Hakikat Muslim

Ayat ini merupakan dalil bahwa orang-orang Nasrani itu adalah orang-orang muslim. Hal ini dengan dasar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang muslim.” Tapi jangan berhenti sampai di sini.

Yang dimaksud mereka muslim adalah muslim dengan makna secara umum. Maksudnya bahwa setiap orang pengikut Rasul yang syariatnya tegak, maka hakikatnya dia adalah muslim. Adapun apabila ada yang menghapusnya, maka siapa yang tetap di atas agama yang sebelumnya maka kafir apabila datang Rasul yang diutus kepadanya.

Dibangun di atas hal tersebut maka tidak dianggap muslim setelah diutusnya Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kecuali yang mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saja, selainnya kafir.

Maka dibangun di atas ini orang-orang Nashara kuffar, orang-orang Yahudi juga dianggap kuffar. Dan barangsiapa yang mengatakan mereka adalah orang-orang muslim dengan artian secara khusus dimana mereka bisa masuk surga di hari ini, maka orang yang menyatakan demikian kafir. Karena dia mendustakan firman Allah Ta’ala:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ…

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka tidak diterima darinya…” (QS. Ali ‘Imran[3]: 85)

Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ…

“Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 19)

Persaksian Menguatkan Yang Diikuti

Persaksian seseorang atas dirinya dengan keimanan atau keislaman atau yang semisalnya, hal tersebut tidak masuk dalam kategori riya’, apalagi dalam ittiba’. Karena hal tersebut ada faedahnya. Faedahnya adalah menguatkan orang yang diikuti. Apabila seseorang mengatakan: “Ana muslim/mukmin” atau “Ana mengikuti engkau” atau yang semisalnya, tidak diragukan lagi bahwa disitu ada faedah. Yaitu menguatkan yang diikuti.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari Download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian Tafsir Ali Imran Ayat 52-53 – Kisah Al-Hawariyyun


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51737-tafsir-ali-imran-ayat-52-53-kisah-al-hawariyyun/